Sekilas
tentang Tragedi Minamata
Senin, 13 Juni 2011 | 11:23 WIB
|
1088 Kali Dibaca
|
BANDARLAMPUNG – Pada tahun 1950,
Jepang dihentak sebuah kasus pencemaran merkuri. Kasus ini disebut tragedi
Minamata atau Minamata Disaster. Peristiwa Minamata didokumentasikan dengan
baik oleh Goldberg pada tahun 1974. Hasil dokumentasi itu menggambarkan akibat
pembuangan limbah industri yang mengandung methyl mercury ke laut pada tahun
1930-an di Teluk Minimata.
Karena mengonsumsi ikan dan kerang
dari Teluk Minamata yang tercemar methyl mercury, ribuan penduduk dari dua
wilayah di pesisir Minamata, yaitu Provinsi Kumamoto dan Kagoshima, menjadi
korbannya. Minamata bukanlah penyakit menular atau menurun secara genetis.
Penyakit ini kali pertama ditemukan di Kota Kumamoto pada tahun 1956. Dan pada
1968, pemerintah Jepang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
pencemaran pabrik Chisso Co., Ltd.
Methyl mercury yang masuk tubuh
manusia akan menyerang sistem saraf pusat. Gejala awal antara lain kaki dan
tangan menjadi gemetar dan lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan
penglihatan melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel, serta gerakan
menjadi tidak terkendali. Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi
gila, tidak sadarkan diri, dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit
ini.
Penyakit Minamata tidak dapat
diobati, sehingga perawatan bagi penderita hanya untuk mengurangi gejala dan
terapi rehabilitasi fisik. Di samping dampak kerusakan fisik, penderita
Minamata juga mengalami diskriminasi sosial dari masyarakat. Seperti
dikucilkan, dilarang pergi ke tempat umum, dan sukar mendapatkan pasangan
hidup.
Methyl mercury dan uap merkuri logam
lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua
bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi
merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun methyl mercury dapat merusak
secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Penyakit ini sebenarnya tidak hanya
terjadi di Minamata. Tahun 1965, penyakit Minamata menyerang warga yang tinggal
di sepanjang Sungai Agano di Kota Niigata akibat pembuangan limbah merkuri oleh
Showa Denko. Penyakit ini dikhabarkan juga terjadi di Tiongkok dan Kanada.
Sungai dan danau di Amazon dan Tanzania juga tercemar merkuri serta menimbulkan
masalah kesehatan yang mengkhawatirkan.
Kini, masyarakat Minamata sangat
menghargai apa yang terjadi di waktu silam dan mengambil pelajaran dari kasus
limbah merkuri tersebut. Mereka lebih peduli akan lingkungan dan berjibaku
bersama menjaga lingkungan sekitar. Seperti menjaga kebersihan dan pengelolaan
sampah kota dengan manajemen yang baik, yaitu pemilahan sampah dan
memanfaatkannya lebih lanjut seperti pengomposan.
Lalu lumpur di Teluk Minamata yang
mengandung merkuri di atas 25 ppm dipulihkan dengan mengeruk sebagian lumpur
dan mereklamasinya. Kegiatan ini menghabiskan 48,5 miliar yen selama lebih dari
14 tahun. Kualitas air di Teluk Minamata saat ini menjadi air yang paling
bersih dan jernih di Kumamoto dan masyarakat tidak takut lagi untuk berenang dan
bermain di sana.
Data menyeluruh tentang laut
Minamata seperti kerusakan lingkungan yang sangat luas dan kesehatan penduduk
setempat perlu disampaikan ke seluruh dunia agar dapat belajar dari kasus
Minamata.
Semoga kita bisa meniru cara
masyarakat Jepang yang mau belajar dari pengalaman masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar